Sabtu, 14 Maret 2015

Wajah Pantai Utara Jawa : Bahaya Erosi Pantai Jawa Tengah.





Indonesia adalah Negara dengan bentangan pantai terpanjang, setelah Kanada. Panjangnya bentangan wilayah pantai Indonesia akan mendatangkan banyak dampak bagi lingkungan sekitar pantai. Salah satu diantaranya adalah proses geomorfologis yang lebih kompleks, termasuk didalamnya kerusakan lingkungan pesisir akibat bencana alam.
Jawa Tengah, dengan luas 32,548.20 Km² terletak antara garis lintang 6 ° -7 ° 30'S dan garis bujur 108 ° 30'-112 ° 00'E, memiliki fitur geomorfologi yang kompleks yaitu, dataran yang lebih rendah di dekat pantai utara dan selatan, dan pegunungan di kawasan tengah. Selain genangan dari air laut dan banjir, beberapa wilayah pesisir di Provinsi Jawa Tengah mengalami proses erosi dan sedimentasi yang menyebabkan kerusakan fasilitas umum, daerah pariwisata, perkebunan dan permukiman masyarakat pesisirnya. Daerah pesisir di Kota Semarang, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Demak dapat dianggap sebagai wilayah paling dinamis yang telah mengalami proses erosi-sedimentasi di Jawa Tengah.
Erosi pantai di Provinsi Jawa Tengah sangat dipengaruhi oleh proses alam seperti gerakan sedimen di pantai akibat cross-shore dan long-shore, ketinggian air yang dinamis di daerah pesisir, yang disebabkan karena aktivitas pasang surut dan juga akibat kenaikan permukaan air laut yang seolah dipercepat akibat pemanasan global. Di lain sisi, erosi pantai juga dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan garis pantai
Proses erosi yang paling signifikan terjadi di daerah Semarang, Tegal dan Demak. Semarang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan total luas 373 Km2 , dengan populasi lebih dari 2 juta, dan terletak di pantai utara Jawa dan sekitar 500 km sebelah timur dari Jakarta. Secara umum, penggunaan lahan pesisir di Semarang terdiri dari perikanan dan pertanian, perumahan, kawasan industri, penggunaan lahan untuk publik dan komersial. Proses erosi pantai yang paling parah di Semarang dapat dilihat dari dampaknya terhadap penggunaan lahan, ekologi pantai, properti dan infrastruktur daerah dataran rendah kota.
Hasil pantauan mengenai  erosi pantai menggunakan interpretasi visual Peta topografi Tahun 1908, 1937, 1992 dan citra Ikonos Tahun 2003 menunjukkan hasil bahwa selama periode 1937-1972 telah terjadi erosi yang signifikan di sepanjang pantai Semarang dan selama tahun 1972 dan 1992 beberapa tempat telah mengalami pengikisan sekitar 500 meter lahan pesisir di daerah tersebut. Selama periode 1992-2001, pergeseran sebagian garis pantai yang terjadi telah menunjukkan bahwa erosi yang kuat juga terjadi.
Proses erosi telah mengubah landscape pesisir. Sebagai contoh, erosi pantai telah terjadi sekitar 461 m kearah daratan dan menyebabkan kerugian sejak 1972-1992. Beberapa infrastruktur, bangunan dan lahan pertanian juga mengaalami kerusakan. 

Area pantai Kota Semarangy, Jawa tengah, Indonesia

Untuk mengurangi risiko erosi pantai di Semarang, pemerintah telah menerapkan Langkah-langkah struktural, diantaranya yaitu membangun dinding dan pemecah gelombang  (wave breakers) di sepanjang pantai. Namun hal ini dirasakan sebagai tindakan yang gagal dalam memecahkan seluruh masalah erosi pantai yang di Semarang. Di masa depan, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk mendatangkan mitigasi ancaman erosi yang lebih dan diharapkan dapat mengurangi dan melindungi lingkungan pesisir dari degradasi lebih lanjut.
Sementara itu, pantai Tegal yang terletak di wilayah perkotaan juga mengalami dampak negatif dari erosi pada penggunaan lahan perikanan, perumahan, industri, masyarakat dan lahan komersial. Menurut Sartohadi et al. (2009) pantai Tegal terdiri atas pasir yang lebih besar dalam ukuran butir disertai induksi dari partikel bahan berlumpur. Sayangnya, pasir kurang kohesif dan relatif mudah untuk mengikis sehingga lebih mudah mengakibatkan degradasi lingkungan. Elevasi permukaan rentang Kabupaten Tegal bervariasi, dari 0 m sampai dengan 925 m di atas permukaan laut dan pada umumnya, kemiringan garis pantai yang curam memungkinkan untuk gelombang jatuh lebih dekat dengan garis pantai sehingga meningkatkan erosi pantai.


Area pantai Tegal, Jawa Tengah, Indonesia

Proses erosi intensif terjadi di sepanjang pesisir Tegal. Diperkirakan erosi terjadi hingga 250 m ke arah daratan. Hal ini menjadi ancaman besar bagi masyarakat pesisir. Kehilangan lahan dan kerusakan pemukiman pesisir sangat mungkin terjadi. Hal ini sejalan dengan laporan dari Badan Pemantauan Dampak Lingkungan (Bapedalda) tahun 2002 yang menyatakan hilangnya lahan karena erosi pantai di sepanjang pantai utara sekitar 2.910 hektar dalam lima tahun terakhir.
Masyarakat pesisir di Tegal menanggapi masalah erosi dengan melakukan penanaman bakau dan membangun struktur seperti ripraps, seawalls, jetties dan groins. Groins, yang dibangun oleh Pemerintah local pada tahun 2001, telah cukup efektif dalam mengurangi erosi pada titik-titik tertentu di sepanjang garis pantai. Mereka juga telah mengubah daerah menjadi daya tarik wisata. Selain itu, hutan Bakau hasil rehabilitasi akan turut mengurangi ancaman erosi dan juga memproduksi makanan untuk ikan melalui fotosintesis dari bahan organic yang ada.

Perubahan garis pantai sejak 1944 sampai 2005 yang mengindikasikan proses erosi telah terjadi di kawasan pantai Tegal

 Erosi kawasan pantai yang mengakibatkan hilangnya daratan dan permukiman permanen di Tegal


Di Demak erosi pantai telah menjadi issue yang sering diperbincangkan. Demak sendiri merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah, terletak berdampingan dengan Semarang, dan mencakup area seluas 88.743 ha yang terdiri dari 14 kecamatan dan 249 desa.
Perubahan penggunaan lahan yang intensif dari hutan mangrove menjadi tambak dan budidaya lainnya mengakibatkan erosi pantai. Selain itu, pengembangan pelabuhan dan pantai reklamasi di Semarang juga mempercepat perubahan garis pantai Demak. Perubahan garis pantai dan intensnya erosi pantai di Demak mengakibatkan 200 keluarga terpaksa dipindahkan dan 300 ha tambak tenggelam dalam proses. 

 
Struktur penahan gelombang (Groin) (A) Area perlindungan pantai untuk aktivitas pengunjung (B)

 
Area pantai Demak dari citra satelit Landsat
 
Pemerintah daerah telah memperkuat koordinasi antar instansi pemerintah untuk mengatasi masalah erosi pantai. Kantor Lingkungan Hidup / KLH, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (Kementrian Kelautan dan Perikanan), dan Departemen Pertanian Republik Indonesia (Kementrian Pertanian) juga melibatkan pada tindakan mitigasi pesisir terhadap proses erosi. Pemerintah lokal juga telah membangun tanggul di sepanjang pesisir untuk memblokir gelombang dan gelombang

Bentuk pertahanan pantai secara struktural di Demak


Sketsa area penanaman mangrove kembali di daerah kawasan pantai Demak

Selain itu, masyarakat dan pemerintah daerah juga telah mengambil tindakan untuk mengatasi bahaya erosi pesisir dengan menerapkan penanaman kembali pohon bakau. Program penanaman Mangrove ini dapat merevitalisasi lahan pantai yang terkikis oleh gelombang. Meskipun penanaman kembali pohon bakau hanya dilaksanakan di beberapa daerah saja, Pemerintah daerah bermaksud untuk meningkatkan kegiatan ini. Diharapkan dengan adanya penerapan dengan ini masalah erosi di Kabupaten Demak dapat teratasi.
Selain itu, langkah-langkah yang diambil seyogyanya turut meningkatkan keterlibatan partisipasi masyarakat dalam tindakan mitigasi. Meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat juga akan meningkatkan partisipasi mereka dalam rencana pengelolaan yang berkesinambungan. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pelatihan/sosialisasi untuk masyarakat yang ada di pesisir, memberikan bibit mangrove kepada mereka, menjelaskan manfaat pengelolaan pesisir yang tepat, dan menyoroti bagaimana melakukan manajemen abrasi air laut.




Daftar Referensi
  • Bapedalda (2002) Perencanaan kota Tegal 2000-2010. Pemerintah Kota Tegal, Indonesia.

  • Bird ECF, Ongkosongo OSR (1980) Environmental changes on the coasts of Indonesia. United Nations University Press, The United Nations University.

  •  Irwani I, Pribadi R, Helmi M (2010) Studi erosi pesisir Kota Semarang. Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK UNDIP. Indonesian Delta Forum Conference, Bakosurtanal, Semarang 21-22 October.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar