Indonesia adalah Negara dengan
bentangan pantai terpanjang, setelah Kanada. Panjangnya bentangan wilayah pantai
Indonesia akan mendatangkan banyak dampak bagi lingkungan sekitar pantai. Salah
satu diantaranya adalah proses geomorfologis yang lebih kompleks, termasuk
didalamnya kerusakan lingkungan pesisir akibat bencana alam.
Jawa Tengah, dengan luas 32,548.20
Km² terletak antara garis lintang 6 ° -7 ° 30'S dan garis bujur 108 ° 30'-112 °
00'E, memiliki fitur geomorfologi yang kompleks yaitu, dataran yang lebih rendah
di dekat pantai utara dan selatan, dan pegunungan di kawasan tengah. Selain
genangan dari air laut dan banjir, beberapa wilayah pesisir di Provinsi Jawa
Tengah mengalami proses erosi dan sedimentasi yang menyebabkan kerusakan
fasilitas umum, daerah pariwisata, perkebunan dan permukiman masyarakat pesisirnya.
Daerah pesisir di Kota Semarang, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Demak dapat
dianggap sebagai wilayah paling dinamis yang telah mengalami proses erosi-sedimentasi
di Jawa Tengah.
Erosi pantai di Provinsi Jawa Tengah
sangat dipengaruhi oleh proses alam seperti gerakan sedimen di pantai akibat cross-shore dan long-shore, ketinggian air yang dinamis di daerah pesisir, yang
disebabkan karena aktivitas pasang surut dan juga akibat kenaikan permukaan air
laut yang seolah dipercepat akibat pemanasan global. Di lain sisi, erosi pantai
juga dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan garis pantai
Proses erosi yang paling signifikan
terjadi di daerah Semarang, Tegal dan Demak. Semarang merupakan salah satu kota
terbesar di Indonesia dengan total luas 373 Km2 , dengan populasi
lebih dari 2 juta, dan terletak di pantai utara Jawa dan sekitar 500 km sebelah
timur dari Jakarta. Secara umum, penggunaan lahan pesisir di
Semarang terdiri dari perikanan dan pertanian, perumahan, kawasan industri, penggunaan lahan untuk publik
dan komersial. Proses erosi pantai yang paling parah di Semarang dapat dilihat
dari dampaknya terhadap penggunaan lahan, ekologi pantai, properti dan
infrastruktur daerah dataran rendah kota.
Hasil pantauan mengenai erosi pantai menggunakan interpretasi visual
Peta topografi Tahun 1908, 1937, 1992 dan citra Ikonos Tahun 2003 menunjukkan
hasil bahwa selama periode 1937-1972 telah terjadi erosi yang signifikan di sepanjang
pantai Semarang dan selama tahun 1972 dan 1992 beberapa tempat telah mengalami
pengikisan sekitar 500 meter lahan pesisir di daerah tersebut. Selama periode
1992-2001, pergeseran sebagian garis pantai yang terjadi telah menunjukkan bahwa
erosi yang kuat juga terjadi.
Proses erosi telah mengubah landscape pesisir. Sebagai contoh, erosi
pantai telah terjadi sekitar 461 m kearah daratan dan menyebabkan kerugian
sejak 1972-1992. Beberapa infrastruktur, bangunan dan lahan pertanian juga
mengaalami kerusakan.
Area
pantai Kota Semarangy, Jawa tengah, Indonesia
Untuk mengurangi risiko erosi pantai
di Semarang, pemerintah telah menerapkan Langkah-langkah struktural, diantaranya
yaitu membangun dinding dan pemecah gelombang (wave
breakers) di sepanjang pantai. Namun hal ini dirasakan sebagai tindakan yang
gagal dalam memecahkan seluruh masalah erosi pantai yang di Semarang. Di
masa depan, kerjasama
antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk mendatangkan mitigasi
ancaman erosi yang lebih dan diharapkan dapat mengurangi dan melindungi
lingkungan pesisir dari degradasi lebih lanjut.
Sementara itu, pantai Tegal yang
terletak di wilayah perkotaan juga mengalami dampak negatif dari erosi pada
penggunaan lahan perikanan, perumahan, industri, masyarakat dan lahan
komersial. Menurut Sartohadi et al. (2009) pantai Tegal terdiri atas pasir
yang lebih besar dalam ukuran butir disertai induksi dari partikel bahan
berlumpur. Sayangnya, pasir kurang kohesif dan relatif mudah untuk mengikis sehingga
lebih mudah mengakibatkan degradasi lingkungan. Elevasi permukaan rentang
Kabupaten Tegal bervariasi, dari 0 m sampai dengan 925 m di atas permukaan laut
dan pada umumnya, kemiringan garis pantai yang curam memungkinkan untuk gelombang
jatuh lebih dekat dengan garis pantai sehingga meningkatkan erosi pantai.
Area
pantai Tegal, Jawa Tengah, Indonesia
Proses erosi intensif terjadi di
sepanjang pesisir Tegal. Diperkirakan erosi terjadi hingga 250 m ke arah daratan.
Hal ini menjadi ancaman besar bagi masyarakat pesisir. Kehilangan lahan dan
kerusakan pemukiman pesisir sangat mungkin terjadi. Hal ini sejalan dengan
laporan dari Badan Pemantauan Dampak Lingkungan (Bapedalda) tahun
2002 yang menyatakan hilangnya lahan karena erosi pantai di sepanjang pantai utara sekitar 2.910 hektar dalam lima
tahun terakhir.
Masyarakat pesisir di Tegal
menanggapi masalah erosi dengan melakukan penanaman bakau dan membangun
struktur seperti ripraps, seawalls, jetties dan groins. Groins, yang dibangun oleh Pemerintah
local pada tahun 2001, telah cukup efektif dalam mengurangi erosi pada
titik-titik tertentu di sepanjang garis pantai. Mereka juga telah mengubah daerah
menjadi daya tarik wisata. Selain itu, hutan Bakau hasil rehabilitasi akan turut
mengurangi ancaman erosi dan juga memproduksi makanan untuk ikan melalui
fotosintesis dari bahan organic yang ada.
Perubahan garis pantai sejak 1944
sampai 2005 yang mengindikasikan proses erosi telah terjadi di kawasan pantai
Tegal
Erosi kawasan pantai yang mengakibatkan hilangnya
daratan dan permukiman permanen di Tegal
Di Demak erosi pantai telah menjadi
issue yang sering diperbincangkan. Demak sendiri
merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah, terletak berdampingan dengan
Semarang, dan mencakup area seluas 88.743 ha yang terdiri dari 14 kecamatan dan
249 desa.
Perubahan penggunaan lahan yang intensif
dari hutan mangrove menjadi tambak dan budidaya lainnya mengakibatkan erosi
pantai. Selain itu, pengembangan pelabuhan dan pantai reklamasi di Semarang juga
mempercepat perubahan garis pantai Demak. Perubahan garis pantai dan intensnya
erosi pantai di Demak mengakibatkan 200 keluarga terpaksa dipindahkan dan 300
ha tambak
tenggelam dalam proses.
Struktur
penahan gelombang (Groin) (A) Area perlindungan pantai untuk aktivitas pengunjung (B)
Area pantai Demak dari
citra satelit Landsat
Pemerintah daerah telah memperkuat
koordinasi antar instansi pemerintah untuk mengatasi masalah erosi pantai.
Kantor Lingkungan Hidup / KLH, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia (Kementrian Kelautan dan Perikanan), dan Departemen Pertanian
Republik Indonesia (Kementrian Pertanian) juga melibatkan pada tindakan
mitigasi pesisir terhadap proses erosi. Pemerintah lokal juga telah membangun
tanggul di sepanjang pesisir untuk memblokir gelombang dan gelombang
Bentuk pertahanan
pantai secara struktural di Demak
Sketsa area penanaman
mangrove kembali di daerah kawasan pantai Demak
Selain
itu, masyarakat dan pemerintah daerah juga telah mengambil tindakan untuk mengatasi
bahaya erosi pesisir dengan menerapkan penanaman kembali pohon bakau. Program
penanaman Mangrove ini dapat merevitalisasi lahan pantai yang terkikis oleh gelombang.
Meskipun penanaman kembali pohon bakau hanya dilaksanakan di beberapa daerah
saja, Pemerintah daerah bermaksud untuk meningkatkan kegiatan ini. Diharapkan
dengan adanya penerapan dengan ini masalah erosi di Kabupaten Demak dapat
teratasi.
Selain
itu, langkah-langkah yang diambil seyogyanya turut meningkatkan keterlibatan
partisipasi masyarakat dalam tindakan mitigasi. Meningkatkan kesadaran
lingkungan masyarakat juga akan meningkatkan partisipasi mereka dalam rencana
pengelolaan yang berkesinambungan. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pelatihan/sosialisasi
untuk masyarakat yang ada di pesisir, memberikan bibit mangrove kepada mereka,
menjelaskan manfaat pengelolaan pesisir yang tepat, dan menyoroti bagaimana
melakukan manajemen abrasi air laut.
Daftar Referensi
- Bapedalda (2002) Perencanaan kota Tegal 2000-2010. Pemerintah Kota Tegal, Indonesia.
- Bird ECF, Ongkosongo OSR (1980) Environmental changes on the coasts of Indonesia. United Nations University Press, The United Nations University.
- Irwani I, Pribadi R, Helmi M (2010) Studi erosi pesisir Kota Semarang. Jurusan Ilmu Kelautan, FPIK UNDIP. Indonesian Delta Forum Conference, Bakosurtanal, Semarang 21-22 October.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar