“Nenek
moyangku seorang pelaut , gemar mengarung luas samudera…”. Jelas bukan? Di
dalam lirik tersebut bahwa asal mula Negara bangsa kita adalah bangsa yang
hidup dari laut. Mungkin masih melekat di ingatan kita pula, salah satu
Kerajaan Maritim terbesar yang ada di Asia Tenggara, Sriwijaya, juga ada di
Indonesia. Kita juga telah tahu bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan
sekaligus Negara maritim. Dari data terakhir yang diperoleh mengenai jumlah
kepulauan yang kita punya adalah 17.504 pulau, ini sudah termasuk pulau yang
hilang karena tsunami / tenggelam juga pulau yang dicaplok Negara tetangga.
Dari 17.504 pulau ini, diketahui pula bahwa Indonesia memiliki cakupan wilayah
pesisir sepanjang 91.000 km yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Angka
yang fantastis bukan?. Fakta-fakta ini juga membenarkan fakta yang sudah
dipaparkan sebelumnya, bahwa memang benar bahwa bangsa kita adalah bangsa pelaut
yang tercipta kuat dan hebat.
Kenyataannya
sekarang, banyak orang yang menilai bahwa cerita itu hanya dongeng sejarah yang
telah lalu dan berbeda dengan kondisi yang ada sekarang. Banyak pula yang
menilai bahwa cerita itu adalah impian dan karya fiksi yang tidak sesuai dengan
cita-cita bangsa kita. Dan ada pula beberapa yang berusaha mati-matian
menyadarkan kita bahkan memperjuangkan cita-cita tersebut. Presiden kita,
Jokowi adalah salah satu yang pro terhadap hal ini. Dan dirasa perlu memahami beliau,
bahwa hal semacam ini perlu diperjuangkan.
Presiden
Joko Widodo, di hadapan para wakil Negara-negara lain pada Pertemuan Puncak
Asia Timur (EAS), memaparkan lima pilar utama Poros Maritim Dunia yang akan
diwujudkan Indonesia melalui agenda pembangunan. Dipaparkan pula oleh beliau
bahwa Indonesia akan menjadi Poros Maritim Dunia, kekuatan yang mengarungi dua
samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa. Untuk mewujudkan visi sebagai poros
maritim dunia, beliau mengatakan bahwa diperlukan lima pilar utama yang sangat
perlu diagendakan dalam pembangunan, diantaranya :
- Pilar yang pertama adalah membangun kembali budaya maritim Indonesia. Sebagai negara yang terdiri atas 17 ribu pulau, bangsa Indonesia harus menyadari bahwa identitas, kemakmuran, dan masa depannya sangat ditentukan oleh pengelolaan samudra.
- Pilar kedua adalah menjaga dan mengelola sumber daya laut, dengan fokus membangun kedaulatan pangan melalui pengembangan industri perikanan. Visi ini diwujudkan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.
- Pilar ketiga adalah memprioritaskan pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, dengan membangun jalan tol laut, pelabuhan laut dalam (deep seaport), logistik, industri perkapalan, dan pariwisata maritim.
- Pilar keempat adalah dengan melaksanakan diplomasi maritim. Dalam hal ini Presiden Republik Indonesia mengajak semua negara untuk menghilangkan sumber konflik di laut, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut. "Laut harus menyatukan, bukan memisahkan kita semua,"
- Pilar kelima adalah membangun kekuatan pertahanan maritim. Hal ini diperlukan sebagai upaya menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim. "Serta menjadi bentuk tanggung jawab kami dalam menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritime.
Mengupaya
menjadi poros maritim dunia barang tentu Indonesia akan menghadapi banyak
sekali tantangan (Threat) yang mungkin akan timbul di hari-hari ke depan,
diantaranya :
·
Ancaman
Bencana Pangan Global Penduduk bumi bertumbuh dengan cepat.
Pada tahun 2050 penduduk bumi diperkirakan mencapai
9 milyar jiwa, yang berimplikasi meningkatkan permintaan pangan global sekitar
70%. Jika tidak diantisipasi dengan baik maka akan terjadi bencana pangan
global. Sementara itu, peningkatan produksi pangan mengalami stagnasi bahkan
kemunduran yang signifikan. Alih fungsi lahan pertanian menjadi hunian menjadi
marak. Sumber perikanan dieksplotasi secara intensif, menyebabkan “overfishing”
secara global. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah pangan yang sekaligus
memicu harga pangan global.
·
Krisis
pangan merupakan ancaman yang nyata secara global, termasuk di Indonesia.
Perubahan Iklim dan Prediksi Akan Tenggelamnya 2000
Pulau di Indonesia Perubahan iklim global merupakan salah satu persoalan yang
sangat penting untuk diantisipasi di kawasan pesisir dan laut. Hasil kajian
Badan Riset kelautan dan Perikanan (BRKP) memprediksi bahwa tahun 2030 sekitar
2000 pulau-pulau kecil Indonesia akan tenggelam, erosi serta berkurangnya lahan
pesisir, kerusakan ekosistem, intrusi air laut, serta menurunnya kualitas air.
·
Ancaman
bencana alam yang tidak mungkin dapat dihindari
Negara Rawan Bencana Indonesia menghadapi berbagai
ancaman bencana dalam berbagai skala termasuk gempa bumi, tsunami, letusan
gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Indonesia menempati urutan pertama dari 265 negara yang paling rentan tsunami,
peringkat pertama dari 162 negara untuk longsor, dan pada posisi ke-3 dari 153
negara atas kasus dan berbagai dampaknya.
·
Kemiskinan
di daerah pesisir.
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
menunjukkan bahwa terdapat sekitar 7,87 juta masyarakat pesisir Indonesia
miskin dan 2,2 juta jiwa penduduk pesisir sangat miskin di seluruh wilayah
Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah
nelayan miskin lebih dari 25% dari total penduduk Indonesia yang berada dibawah
garis kemiskinan di Indonesia.
·
Degradasi
Ekosistem Akibat eksploitasi sumberdaya alam hayati dan non-hayati.
Secara intensif dan berlebihan telah terjadi
kerusakan masif dan penyusutan ekosistem pesisir serta laut, seperti terumbu
karang, hutan mangrove, padang lamun (rumput laut), dan sebagainya. Bahwa
diperkirakan lebih dari 70% mangrove Indonesia telah mengalami kerusakan,
sementara kondisi terumbu karang Indonesia yang sangat baik tinggal 6%. Hal ini
mencerminkan bahwa pencemaran di lautan Indonesia tergolong sangat tinggi.
·
Lemahnya
Pengelolaan Pelabuhan dan Logistik Kondisi pelabuhan di Indonesia masih sangat
memprihatinkan.
World Economy Forum melaporkan bahwa kualitas
pelabuhan Indonesia hanya mendapatkan nilai 3,6 atau peringkat 103 dari 142
negara. Dari 134 negara, menurut Global Competitiveness Report 2010-2011, daya
saing pelabuhan di Indonesia hanya berada di urutan ke-95. Akibat lemahnya
pengelolaan pelabuhan dan sistem logistik, Indonesia mengalami potensi kerugian
ekonomi yang sangat besar mengingat Indonesia merupakan salah satu lalu lintas
tersibuk dunia. Lemahnya pengelolaan logistik juga memperdalam jurang
kesenjangan kawasan Timur dan Barat Indonesia.
·
Illegal,
Unreported, Unregulated (IUU) Fishing
Perairan Indonesia yang sangat kaya sumber daya
perikanan menjadi target-target bagi ribuan kapal setiap tahun untuk melakukan
praktek kegiatan perikanan ilegal (illegal fishing). Kerugian ekonomi bagi
Indonesia akibat kegiatan yang melibatkan tidak kurang dari 10 negara tetangga
diperkirakan lebih dari Rp 100 Trilyun setahun. Disamping praktek perikanan
ilegal, ternyata praktek perizinan kapal ilegal (illegal licensing) juga sangat
marak di Indonesia. Praktek illegal license tersebut dilakukan terhadap ribuan
kapal yang melakukan aktivitas di laut Indonesia, seperti Laut Arafura, Laut
Aru, Laut Banda dan lain-lain. Praktek perikanan merusak (destructive fishing)
menggunakan bom, bius, trawl juga semakin marak
Disamping tantangan yang muncul bagi
Indonesia, maka akan ada pula peluang (Opportunities) yang mungkin berdatangan di
Indonesia. Diantaranya :
·
Indonesia dapat mengambil peran
strategis dalam menjawab persoalan dan tantangan pangan lokal, nasional, maupun
global, khususnya terkait sumberdaya perikanan, dan menjadi sebagai produsen
dan penyuplai kebutuhan pangan terbesar dunia. Sekaligus mempraktekkan
prinsip-prinsip pengelolaan perikanan secara berkelanjutan dan memajukan peran
nelayan-nelayan kecil, tradisional, maupun pemberdayaan masyarakat adat.
· Indonesia dapat mengembangkan
implementasi dan pemanfaatan energi alternatif ramah lingkungan berbasis tenaga
matahari (solar), tenaga angin, tenaga arus dan ombak dalam berbagai skala
(besar, sedang, kecil, mikro) yang memungkinkan seluruh kepulauan Indonesia
terpenuhi kebutuhan listrik dasar maupun untuk pengembangan usaha, dan
meninggalkan ketergantungan terhadap listrik konvensional, khususnya di pesisir
dan pulau-pulau kecil. Komponen ini juga diharapkan menjadikan Indonesia
sebagai contoh dan praktek terbaik dalam strategi konversi energi ramah
lingkungan, dan menyuplai kebutuhan-kebutuhan pemanfaatan energi bagi berbagai
negara tetangga dan global.
·
Indonesia memiliki sumberdaya terbesar
dan lengkap keanekaragaman laut pesisir dan laut dunia, menjadi etalase maritim
global, beserta berbagai manfaat dan fungsi ekonomi, sosial, dan ekologisnya.
Komponen ini menjadikan Indonesia sebagai last resort dalam biodiversity,
menjadi wilayah yang paling dijaga dan dilindungi oleh seluruh dunia. Termasuk
di dalamnya menyediakan sumberdaya ikan, plasma nutfah, karbon dan sebagainya.
·
Indonesia dapat membangun kepemimpinan
dan praktek Indonesia dalam mengembangkan dan memanfaatkan segenap potensi dan
sumberdayanya untuk berbagai industri dan jasa maritim dunia, yang memberikan
manfaat ekonomi yang sangat besar dan memberikan manfaat sosial yang luas.
Komponen ini mencakup pengembangan industri perkapalan dan galangan kapal,
pengembangan jasa-jasa kelautan, ekowisata bahari, industri farmasi dan
obat-obatan yang kompetitf dan unggul sehingga menjadi kontributor signifikan
bagi berbagai Negara.
·
Indonesia akan menjadi penyedia
fasilitas sistem logistik kemaritiman yang terbaik di dunia, sehingga bisa
menjadi alternatif utama bagi berbagai lalu lintas barang, jasa, dan berbagai
kegiatan kemaritiman di dunia. Komponen ini berpotensi memberikan manfaat
ekonomi yang sangat signifikan bagi Indonesia, mendorong penyerapan tenaga
kerja trampil, penyerapan teknologi kemaritiman terkini, dan memposisikan
Indonesia sebagai negara maritim terpenting di dunia. Dalam lingkup nasional
dan lokal, komponen ini akan mengurangi kesenjangan altara berbagai wilayah di
Indonesia, mendorong standarisasi harga, dan pengelolaan pelabuhan, kapal, dan
sebagainya.
·
Indonesia dapat mengembangkan
sumberdaya, sistem, dan implementasi pengawasan, pemantauan dan pengendalian
keamanan dan pertahanan maritim Indonesia yang maju dan efektif. Menciptakan
alur laut internasional yang aman dan diawasi dengan baik, disamping
mengoptimalkan sistem pertahanan dan keamanan maritim nasional, juga
berkontribusi menyediakan sistem pemantauan dan pengendalian perlindungan
pemanfaatan sumberdaya kelautan di tingkat regional dan internasional.
Dengan berbagai poros kemaritiman ini,
diharapkan Indonesia ke depan mampu menjadi poros maritim dunia yang kuat dan
berdaulat. Pertanyaannya, bagaimana realisasi dari
strategi tersebut untuk mewujudkan gagasan poros maritim itu? Penting disadari,
upaya mewujudkan visi Indonesia sebagai ”Poros Maritim Dunia” perlu proses dan
waktu tidak singkat. Namun, kita tak boleh terpaku pada perbincangan mengenai
cita-cita, tetapi sudah harus segera mulai bekerja membangun fondasi yang kuat
bagi perwujudan cita-cita itu.
Referensi :
- Pidato Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada Pertemuan Puncak Asia Timur (EAS) KTT ASEAN tahun 2014
- Analisis penulis berkenaan dengan Indonesia sebagai Poros maritime dunia
jamet-dpdm
BalasHapus